Tim Mangrove Health Tester Untad Meraih Medali Emas di Ajang Kompetisi Internasional

Tiga Mahasiswa dari Universitas Tadulako (Untad) berhasil meraih medali emas pada kompetisi berskala internasional yaitu World Young Inventors Exhibition (WYIE) yang diselenggarakan oleh International Invention, Innovation & Technology Exhibition (ITEX), secara online di Kuala Lumpur Convention Center Malaysia pada Senin – Selasa, 13 – 14 Desember 2021

Diketahui, WYIE adalah kompetisi internasional untuk penemu lokal hingga internasional serta penelitian para ilmuwan untuk menyajikan penemuan dan inovasi mereka ke komunitas bisnis yang tertarik untuk mengkomersialkan penemuan unik.

Ketiga mahasiswa tersebut yakni Dian Septiawati yang berasal dari Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat dan dua mahasiswa Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yakni Rafiqa Wulandani dari Program Studi Fisika dan Khofifah Indah Pratiwi Syahrudin dari Jurusan Biologi.

Inovasi mereka dengan judul Mangrove Health Tester: Arduino-Based Mangrove Health Detection Innovation as The First Step in Mitigating The Tsunami Disaster in Palu City, Central Sulawesi berhasil mengantarkan ketiganya meraih medali emas di bawah bimbingan salah satu dosen jurusan biologi FMIPA Untad, Muh. Iqbal, S.Si., M.Si.

Adapun Mangrove Health Tester ini merupakan alat untuk memonitor kesehatan tanaman mangrove di substrat tertentu.

“Mangrove health tester ini fungsinya untuk mengetahui pohon mangrove dapat tumbuh di suhu dan Ph yang sesuai. Menurut dosen pembimbing kami, mongrove ini akan tumbuh di tempat yang sesuai substratnya. Jika tidak, maka pohon tersebut tidak akan tumbuh. Sehingga dengan adanya alat tersebut diharapkan dapat memonitor mangrove yang ditanam di substrat tertentu dapat berkembang baik atau tidak” Kata Rafiqa kepada Tim Media FMIPA Untad

“Jadi di dalam alat tersebut ada beberapa sensor. Ada sensor suhu, sensor Ph, koordinat Global Positioning System (GPS) dan lintas air” tambahnya.

Ide dasar inovasi tersebut berangkat dari permasalahan di Kota Palu yang merupakan wilayah rawan bencana Tsunami. Tanaman mangrove merupakan tanaman yang dapat meredam gelombang air ketika terjadi tsunami. Sehingga perlu untuk dimonitor kesehatannya.

“Karena Kota Palu terutama di teluk Palu ini rawan tsunami, kami berharap juga dengan adanya inovasi ini, masyarakat dapat menanam dan memonitor mangrove di pesisir pantai. Salah satu cara untuk mengetahui mangrove tersebut hidup dengan baik yakni dengan memonitor kesehatannya”. Jelas Khofifah

Lanjutnya, ia mengatakan, dalam proses pengambilan data penelitian dilakukan di beberapa tempat yakni di Kecamatan Tawaeli, Kota Palu sebanyak tiga kali dan di Wisata Hutan Mangrove Gonenggati, Kelurahan Kabonga Besar, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala sebanyak empat kali.

Dalam kesempatan yang sama, Khofifah salah satu anggota tim berpesan kepada teman-teman mahasiswa harus berani mencoba untuk mengikuti kompetisi dan menemukan lingkungan yang saling memberikan motivasi.

“Kita mahasiswa, harus berani mencoba. Karena kita tidak tahu dibalik rasa tidak yakin itu, di situlah pintu kita untuk berkarya. Dan kalau bisa temukan lingkungan-lingkungan yang mendukung, kadang-kadang kita juga butuh teman yang mendukung untuk menumbuhkan motivasi dari dalam diri kita” ungkapnya.

Sementara itu, Rafiqa berpesan untuk tidak cepat menyerah dalam mencoba dan mencari relasi yang membuat kita nyaman untuk berkembang.

“Kalau saya yang pertama, jangan menyerah. Kami kemarin kan tidak lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa (PKM) sampai PIMNAS. Tapi setelah itu kami mencoba untuk ikut WYIE dan ternyata rezeki kami di situ. Jadi jangan menyerah untuk mencoba. Selain itu, coba carilah relasi yang membuat kalian nyaman berkembang. Sehingga kalian bertemu dengan orang-orang bisa saling mendukung” Tutupnya.

(Yan/FMIPA)

Comments

comments

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *