
Palu — Dalam rangka memperingati Hari Raya Idul Adha, civitas akademika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Tadulako kembali melaksanakan kegiatan kurban. Kegiatan yang berlangsung setiap tahun ini untuk kedua kalinya digelar di lingkungan kampus FMIPA. Ketua panitia pelaksana kurban tahun ini, Bapak Moh. Iqbal, S.Si., M.Sc., menyampaikan bahwa pelaksanaan di lingkungan kampus merupakan bagian dari evaluasi dan penyempurnaan dari tahun-tahun sebelumnya.
Sebelumnya, kegiatan kurban FMIPA dilaksanakan di luar kampus, bahkan hingga ke wilayah yang cukup jauh seperti Kabupaten Donggala. Meskipun memberikan manfaat bagi masyarakat luas, model pelaksanaan tersebut dinilai kurang efektif dalam melibatkan langsung civitas akademika FMIPA.

“Kami melihat bahwa kurban sebaiknya dipusatkan di kampus. Tujuannya agar pegawai, dosen, dan mahasiswa FMIPA bisa lebih terlibat, baik dalam proses penyembelihan, distribusi, maupun pengelolaan daging kurban,” jelas Bapak Iqbal.
Dalam wawancaranya, Bapak Iqbal menjelaskan bahwa kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama antara dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Keterlibatan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi TP Al-Islah juga menjadi bagian penting dalam pendistribusian daging kurban, termasuk ke masyarakat luar yang terdampak bencana seperti di wilayah Wombo.
Tahun ini, panitia menerima total enam ekor sapi dan satu ekor kambing. Dari jumlah tersebut, empat ekor sapi dan satu ekor kambing disembelih di kampus FMIPA, sementara dua ekor sapi lainnya disembelih di luar sesuai kesepakatan peserta kurban. Menariknya, hewan kurban tidak hanya berasal dari civitas akademika FMIPA, tetapi juga dari kolega dan keluarga dosen serta masyarakat luar kampus yang mempercayakan pelaksanaan kurbannya kepada panitia FMIPA. Meskipun pelaksanaan kegiatan ini telah menjadi rutinitas tahunan, tantangan tetap dihadapi oleh panitia. Salah satu tantangan utama adalah pengadaan hewan kurban yang layak dan sesuai syariat. “Mencari sapi yang sesuai kualitas dan harga menjadi tantangan tersendiri. Kami mencarinya di daerah Sigi. Teman dari fakultas lain bahkan mencarinya sampai ke Parigi,” ungkap Bapak Iqbal. Panitia juga memastikan bahwa hewan kurban yang disediakan memenuhi kriteria syar’i: untuk sapi minimal berumur dua tahun, dan kambing minimal satu tahun. Dalam praktiknya, karena sulit memperoleh bukti kelahiran hewan, panitia menggunakan metode identifikasi fisiologis seperti pergantian gigi dan pertumbuhan tanduk.


Dalam upaya menjamin penyembelihan yang sesuai syariat, panitia turut mengikuti bimbingan teknis yang diadakan oleh Universitas Tadulako tiga hari sebelum hari H. Pelatihan tersebut meliputi tata cara penyembelihan, prosedur pengolahan daging, hingga kebersihan lokasi penyembelihan. Selain itu, panitia juga melibatkan anggota dari organisasi Juleha (Juru Sembelih Halal) untuk memastikan proses pemotongan berjalan sesuai ketentuan Kementerian Agama. Panitia memiliki sistem kerja yang terstruktur, mulai dari penerimaan hewan, proses penyembelihan, hingga pendistribusian daging.
Daging kurban didistribusikan secara merata kepada civitas akademika FMIPA, termasuk mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan. Sebagian daging juga dibagikan kepada masyarakat luar yang membutuhkan, termasuk korban bencana di wilayah Wombo. Proses distribusi dilakukan dengan koordinasi antara panitia dan mahasiswa TP Al-Islah yang bertugas menyalurkan bantuan tersebut. “Kami ingin kurban ini bukan hanya menjadi ibadah ritual, tetapi juga ibadah sosial. Pendistribusian yang adil dan tepat sasaran menjadi prioritas kami,”. Meskipun secara umum pelaksanaan kegiatan kurban tahun ini berjalan lancar, Bapak Iqbal menyampaikan beberapa catatan evaluatif. Salah satunya adalah penyesuaian harga hewan kurban yang sebaiknya lebih memperhatikan harga pasar. Contohnya, panitia sempat menetapkan harga kambing Rp3,5 juta, namun ternyata harga pasaran menunjukkan bahwa dengan nilai tersebut hanya didapat kambing ukuran kecil. “Kami usahakan tetap transparan kepada peserta. Kami fotokan hewannya terlebih dahulu sebelum disembelih dan meminta kesepakatan mereka. Prinsipnya, selama syarat sah kurban terpenuhi, kegiatan ini bisa berjalan baik,” jelasnya.

Terkait kegiatan pendukung seperti tausiah atau santunan, Bapak Iqbal mengakui bahwa saat ini kegiatan difokuskan pada penyembelihan. Namun, ia menyambut baik masukan agar ke depannya kegiatan spiritual seperti tausiah bisa diselenggarakan untuk melengkapi aspek ibadah dari pelaksanaan kurban.
Kegiatan kurban yang dilaksanakan di FMIPA Universitas Tadulako bukan hanya menjadi bentuk ibadah tahunan, tetapi juga cerminan solidaritas, kedisiplinan organisasi, dan semangat pengabdian civitas akademika terhadap masyarakat sekitarnya. Ke depan, dengan perbaikan-perbaikan kecil berdasarkan evaluasi yang ada, pelaksanaan kurban di lingkungan FMIPA diharapkan dapat menjadi model pelaksanaan kurban di lingkungan akademik lainnya.